Seniman sejati tidak takut kelaparan "Real Artists Don't Starve" yang ditulis oleh Jeff Goins
Seniman sejati tidak takut kelaparan "Real Artists Don't Starve" yang ditulis oleh Jeff Goins
"Seniman Sejati Tidak Kelaparan" adalah buku versi bahasa Indonesia dari buku yang berjudul "Real Artists Don't Starve" hasil tulisan dari Jeff Goins.
Jeff Goins merupakan penulis, pembicara, blogger, dan seorang pengusaha
asal Amerika Serikat beliau lahir pada 1983. Ia menjadi terkenal karena sebagai pendiri Tribe
Writers, komunitas online untuk penulis, dan merupakan seoarang pemilik blog populer
Goinswriter.com yang dikunjungi jutaan orang setiap tahun.
Buku ini pertama kali diterbitkan pada tahun 2017. Memiliki sekitar 200 halaman dan membantah mitos anggapan kuno bahwa kalau seniman harus mengalami kesengsaraan untuk menghasilkan sebuah karya yang asli dan diterima.
Goins,
seorang penulis dan ahli kreativitas, menyajikan 14 prinsip praktis berdasarkan
penelitian tentang seniman sukses di masa lalu seperti Leonardo da Vinci,
Michelangelo, dan beberapa seniman kontemporer, menunjukkan bahwa keberhasilan
dalam seni berasal dari pendekatan bisnis yang cerdas, bukan dari penderitaan.
Buku ini ditujukan bagi para kreator mulai dari pemula
hingga profesional di berbagai bidang seni, seperti penulisan, musik, lukisan,
atau desain, yang seringkali terjebak dalam stereotip "seniman hidup dalam
kemiskinan". Dengan menggunakan narasi berdasarkan pengalaman nyata, data
sejarah, dan saran praktis, Goins berupaya mengubah perspektif dari
"bertahan" menjadi "berkembang". Di Indonesia, buku ini
terkenal setelah diulas oleh Raditya Dika, yang telah menerapkan prinsip-prinsip
ini dalam karirnya sebagai penulis dan produser.
Mitos Seniman Kelaparan dan Penggantinya
Goins memulai bukunya dengan menjelaskan sejarah mitos
"seniman kelaparan" yang muncul selama era Romantik di abad ke-19, di
mana seniman dianggap harus merangkul penderitaan demi mendapatkan
"keaslian". Namun faktanya, seniman-seniman besar dalam sejarah
justru berhasil dan mendapatkan dukungan melalui patronase, kolaborasi, dan
penyesuaian terhadap pasar, seperti Andy Warhol yang menciptakan kerajaan
bisnis dari seni pop. Buku ini menggantikan mitos tersebut dengan kenyataan
bahwa seniman sejati tidak mengalami kelaparan karena mereka aktif menciptakan
jaringan pendukung.
Buku ini dibagi menjadi beberapa bab dengan tema yang
berbeda, yang masing-masing menguraikan satu aturan. Pembaca diajak untuk
merenungkan perjalanan karir mereka sendiri melalui pertanyaan yang
memprovokasi, seperti "Apakah Anda menunggu datangnya inspirasi atau
justru menciptakan rutinitas? ". Pendekatan ini menjadikan buku ini bukan
sekadar teori, tetapi juga sebagai panduan praktis.
14 Aturan Utama untuk Sukses Kreatif
Goins merangkum inti dari gagasannya dalam 14 aturan yang
saling terhubung, yang ditujukan untuk diterapkan secara bertahap.
Aturan 1: Jangan Kelaparan. Mulailah dengan pola pikir yang
positif; cari sumber pendapatan yang bervariasi seperti Patreon, lisensi karya,
atau pekerjaan sampingan kreatif.
Aturan 2: Pilih Mentor yang Tepat. Belajarlah dari mentor
yang nyata, bukan hanya dari buku; seperti contoh Thomas Edison yang
"belajar dari satu guru ke guru lainnya".
Aturan 3: Temukan Pendukung. Ciptakan jaringan pendukung
yang setia yang bersedia membiayai karya Anda, mirip dengan bagaimana
Michelangelo mendapatkan dukungan dari keluarga Medici.
Aturan 4: Ambil Inspirasi dari yang Terbaik. Berinovasilah
dengan mengadaptasi ide yang sudah ada, bukan menciptakan dari nol, seperti
yang dilakukan Shakespeare.
Aturan-aturan berikutnya mencakup Aturan 5: Tulis Sesuatu
yang Anda Kenali (kepuasan dari pengalaman pribadi), Aturan 6: Percaya pada
Waktu yang Tepat (luncurkan karya ketika pasar sudah siap), dan Aturan 7:
Usahakan Ready-Fire-Aim (uji ide secepatnya di pasar). Goins menekankan Aturan
8: Jangan Buang Waktu pada rutinitas harian, seperti Harper Lee yang menulis di
pagi hari sebelum bekerja.
Strategi Praktis dan Mindset Kewirausahaan
Bagian tengah buku ini menyoroti strategi dalam hal keuangan
dan pemasaran. Seniman didorong untuk berpikir ala pengusaha: fokus pada
"penciptaan nilai" karya bagi audiens, bukan untuk meningkatkan harga
diri sendiri. Beberapa tips yang diberikan antara lain menggunakan media sosial
untuk menjangkau patron baru, bernegosiasi dalam kontrak, dan menghindari
"eksposur" gratis yang tidak mendatangkan keuntungan. Goins juga
membahas keseimbangan antara kreativitas dan profesionalisme, seperti mengatur
waktu dengan metode Pomodoro untuk menghindari kelelahan.
Contoh dari Indonesia: Raditya Dika menjelaskan bagaimana ia
mempertahankan diri sebagai patron melalui perusahaan yang dimilikinya,
sehingga terhindar dari kondisi kesulitan di awal karir. Buku ini mengajarkan
pemikiran jangka panjang: menolak keuntungan cepat untuk menjaga keberlanjutan,
dan membedakan antara "seniman yang berjuang" dengan "seniman
yang kelaparan".
Relevansi di Era Digital dan Kesimpulan
Di tahun 2025, tulisan ini berkaitan dengan kecerdasan
buatan dan NFT yang mengubah dunia seni; Goins memperkirakan seniman yang mampu
beradaptasi akan mengambil alih. Pembaca dari Indonesia dapat menggunakan hal
ini untuk para pembuat konten di TikTok atau YouTube, menciptakan hubungan
dengan pengikut melalui keanggotaan. Buku ini diakhiri dengan sebuah tantangan:
terapkan satu prinsip minggu ini untuk perubahan.
0 Response to "Seniman sejati tidak takut kelaparan "Real Artists Don't Starve" yang ditulis oleh Jeff Goins"
Post a Comment